Wednesday, June 16, 2010

Pakaian Adat Bali

Pakaian Adat Bali

Pakaian Pernikahan BaliKemben merupakan jenis pakaian, berupa kain pembalut tubuh, yang menjadi bentuk dan model dasar busana tradisional Bali, baik untuk pria maupun wanita, dari segala jenis usia, maupun dari kasta manapun mereka berasal. Bagi wanita Bali, kemben bukanlah penutup dada, tetapi lebih berfungsi sebagai penyangga payudara, sehingga keindahan bentuknya tetap terjaga. Pada masa lalu, bepergian ataupun beraktivitas tanpa penutup dada pada masyarakat Bali, termasuk kaum wanitanya adalah hal yang biasa. Meskipun demikian pada situasi-situasi tertentu mereka acap menggunakan kancrik atau tengkuluk sebagai anteng penutup dada.

Kancrik adalah sehelai selendang yang berfungsi sebagai penutup tubuh atau saput, yang terkadang digunakan untuk menjunjung beban sekaligus melindungi wajah dari sinar matahari. Kancrik juga digunakan sebagai tengkuluk, yaitu tutup kepala wanita Bali yang juga berfungsi sebagai alas penjunjung beban - selain kegunaannya sebagai alat untuk menahan rambut agar tetap rapi. Sementara anteng adalah selembar kain atau kancrik yang berfungsi sebagai penutup buah dada. Kemben, sabuk, saput dan anteng, serta tengkuluk untuk kepala merupakan pakaian wanita Bali dalam keseharian. Pakaian untuk pria secara lengkap adalah destar, saput dan kemben.

Kebiasaan bertelanjang dada pada masyarakat Bali adalah tradisi yang telah berlangsung turun temurun selama ratusan tahun. Namun, meskipun dimasa lalu perangkat busana Bali lazimnya tanpa baju, masyarakat Bali mengenal dengan baik kebiasaan mengenakan baju. Kaum wanitanya sering mengenakan kebaya. Untuk kebaya berlengan panjang hingga pergelangan tangan, mereka sebut potongan Jawa, sementara yang berlengan longgar sampai di bawah siku, disebut potongan Bali. Kebaya ini umumnya terbuat dari bahan yang dibeli di pasar, meskipun ada juga yang khusus menenunnya.

Budaya memakai baju ini tumbuh dan hidup umumnya pada lingkungan masyarakat yang telah mendapat pengaruh dari luar. Menurut sejarah, pemerintah Belanda lah yang memperkenalkannya. Demikian pula pada kaum pria, pemakaian baju dimulai oleh para ambtenaar, atau pegawai pada masa pemerintahaan Belanda. Jas tutup dan kemeja biasa digunakan. Kain batik sebagai kemben dan destar adalah pelengkapnya.

Kain-kain yang digunakan sebagai bagian dari busana Bali terdiri dari beragam jenis. Songket, perada, endek, batik dan sutra adalah beberapa di antaranya. Kain geringsing merupakan salah satu yang terkenal karena keindahan dan keunikannya.

Selain cara menenun dan proses pemintalan benangnya yang cukup memerlukan kesabaran dan ketelitian, proses pewarnaan kain geringsing sangat menentukan kualitas dan keindahannya. Umumnya kain geringsing memiliki tiga warna dasar, yaitu putih susu atau kuning muda, hitam dan merah. Berdasarkan warna, geringsing dapat dibedakan menjadi geringsing selem (geringsing hitam) dan geringsing barak (geringsing merah). Pada geringsing selem warna merah tampak pada bagian ujung geringsing saja. Warna hitam dan putih saja yang tampak pada bagian geringsing ini, sedangkan warna merah tidak terlihat. Adapun pada geringsingan barak atau geringsing merah, tampak tiga warna dominan, yaitu kuning muda, merah dan hitam. Warna-warna ini juga muncul pada pinggiran kain. Selain warna, kain geringsing, yang memiliki ciri keistimewaan pada teknik tenun dobel ikatnya ini, juga dibedakan menurut ukurannya. Geringsing dengan ukuran yang paling besar disebut geringsingan perangdasa. Pola ragam hiasnya pun tampak lebih lebar, karena proses pengikatannya yang berjarak lebih longgar. Geringsing berukuran menengah disebut geringsing wayang, sementara yang lebih kecil adalah geringsingan patlikur. Geringsing sabuk, anteng dan cawat adalah geringsing dengan ukuran paling kecil.

Morif geringsing cukup banyak ragamnya. Sebagian besar inspirasinya diperoleh dari dunia flora dan fauna. Beberapa motif geringsing adalah motif wayang, wayang putri, lubeng, cecepakan, kebo, patlikur, cemplong, dan sebagainya. Motif ragam hias kain geringsing dari Tenganan Pageringsingan menampakan pengaruh unsur-unsur ragam hias dari kebudayaan asing, seperti India (patola), Cina, Mesir yang berasimilasi dengan pengaruh Hindu yang kuat, namun tetap berpadu dengan nilai-nilai budaya Indonesia asli. Secara keseluruhan, kain geringsing merupakan perwujudan dari kebudayaan Bali yang memiliki unsur keindahan seni yang tinggi dan terkesan mewah.

Pada saat melakukan suatu upacara seperti potong gigi atau pernikahan, masyarakat biasanya mengenakan kain tenunan Bali tradisional sebagai busana lengkap dari bahan songket dan peperadan. Bagi kaum pria, busana tersebut terdiri dari udeng atau destar sebagai ikat kepala, saput atau kapuh dan kemben atau wastra. Untuk menahan kapuh, di ujungnya diikatkan secarik kain panjang sejenis selendang, yang disebut umpal. Umpal geringsing adalah yang paling dikagumi. Wanitanya memakai kemben songket, sabuk prada yang membelit dari pinggul sampai dada dan selendang songket untuk menutup tubuh, dari bahu ke bawah. di balik kemben, dikenakan selembar penuh tapih atau sinjang dari sutra berornamen penuh peperadaan mengurai ke luar melewati kemben. Berdasarkan corak busana yang dipakai, dapat diketahui status sosial dan ekonomi seseorang.

Dalam upacara perkawinan, masyarakat Bali mengenal adanya tiga jenis busana dan tata rias pengantin, yaitu nista, madya, dan utama atau yang juga dikenal dengan payes agung. Untuk tata rias wajah tubuh dan kaki, tidak ada perbedaan yang menyolok. Sementara dalam tata busana, perbedaan terletak pada bahan yang digunakan. Untuk tingkat utama, seluruh busana dibuat dari bahan perada.

Perhiasan yang dikenalkan oleh sepasang pengantin payes agunglah yang tampak jelas membedakan dengan tata rias dan busana tingkat nista maupun madya. Perhiasan tingkat ini utama ini memang memperlihatkan suatu kekhususan. Gelung kucir, yaitu sanggul tambahan berbentuk bulat melingkar dan terbuat dari ijuk menjadi salah satu pembeda. Dalam mapusungan (pembuatan sanggul), penggunaan gelung kuncir ini berfungsi sebagai penambahan hiasan. Gelung biasanya dihias dengan bunga-bungaan, seperti kenanga, cempaka putih, cempaka kuning dan mawar. Sementara itu, untuk hiasan kepala atau petitis, tidak digunakan lagi bunga-bunga hidup, melainkan bunga-bunga yang terbuat dari emas.

Pelengkap petitis yaitu tajug dan perhiasan lain seperti subeng cerorot, gelang kana untuk lengan atas dan badong untuk leher semuanya terbuat dari emas demikian pula sepasang gelang naga satru, bebekeng atau pending, serta cincin.

MENJAGA GAUN MALAM TETAP GAYA

Menjaga Gaun Malam Tetap Gaya

Gaun Malam yang cantik tentu dapat menjadi kebanggaan Anda. Untuk menjaga tetap rapi dan tidak rusak, bukan hal yang mudah. Hal ini disebabkan bahan dan Model Gaun Malam yang dipakai untuk membuat Gaun Malam adalah bahan-bahan yang sangat halus dan butuh perawatan khusus. Selain itu, Design Gaun dan harganya yang mahal maka akan sayang bila pakaian Busana Malam Anda menjadi rusak.

Minggu ini desainer Bali Bintang Mira menawarkan koleksi
Busana Gaun pesta yang cantik elegan, dan feminin. Bisa jadi pilihan Anda. Mira memberi tema untuk Busana Gaunnya "I am a gift my live is blessed"untuk bahan : sateen silk, organdi silk, kringkle dan linning dari rayon.

Karena umumnya gaun atau
Busana Malam Anda jarang digunakan, maka Anda harus memperhatikan teknik penyimpanannya agar pakaian Anda tidak bolong dimakan ngengat atau berjamur. Berikut ini beberapa hal yang perlu menjadi perhatian saat akan menyimpan pakaian pesta /Busana Model yang telah digunakan.

Sebaiknya pakaian pesta/
Model Gaun disimpan dengan digantung, sehingga tetap rapi saat akan dipakai dan dapat dikontrol dengan mudah. Kecuali bila pakaian terbuat dari rajutan atau bahan jersey, karena dengan digantung dapat menyebabkan baju menjadi melar atau merusak Design Gaun Malam.

Hanger (gantungan pakaian) yang dipakai sebaiknya yang terbuat dari bahan yang lembut, misalnya hanger yang dilapisi busa. Atau Anda dapat melapisi hanger yang akan pakai dengan busa. Hal ini berfungsi agar hanger tidak meninggalkan bekas pada pakaian.

Masukkan pakaian yang telah digantung dalam plastik atau kantong penyimpanan yang didapat saat membeli baju agar baju Anda tidak terkena debu.

Untuk mengusir ngengat, Anda dapat menggunakan akar wangi atau pengharum pakaian.

Keluarkan pakaian Anda setelah disimpan beberapa lama (misalnya setelah 1 bulan) agar pakaian tidak menjadi bau dan Anda dapat memeriksa pakaian Anda.

Lalu kapan saat yang tepat untuk menggunakan
Design Gaun cantik yang Anda miliki? Jawabannya tentu saat menghadiri acara formal. Satu hal yang pasti, jangan takut untuk mengenakannya. Selain membuat Anda terlihat sempurna, gaun malam juga akan memberi bonus pada tampilan keseluruhan. Dalam arti, Anda akan terlihat cantik, feminin, romantis, sekaligus seksi.

Ingin tampil sensual dengan punggung terbuka? Gunakan saja gaun backless. Namun, pastikan kulit punggung Anda mulus terawat. Gunakan lotion sebelumnya agar kulit punggung terlihat lembap dan bersinar. Tambahkan kalung rantai sebagai aksesori. Jangan lupakan stola maupun jaket untuk melindungi tubuh dan terpaan angin malam. Silahkan lihat
Jual Gaun Malam dan Model Gaun Malam

Penampilan feminin juga bisa Anda dapatkan dari gaun bermotif floral. Jika Anda memilih gaun ini, pilih yang memiliki detail minimalis. Anda bisa coba trik Bintang Mira menggarap baju-baju pesta Anda.

Friday, May 7, 2010

Eksplorasi Warna Busana Muslim




TREN
warna cerah yang mendominasi musim semi tidak hanya berlaku pada busana kontemporer. Para perancang busana muslim pun semakin berani mengeksplorasinya.

Lihat saja koleksi terbaru yang dihadirkan jajaran desainer busana muslim Indonesia di kancah mode nasional. Mode,bentuk, dan warna yang dipersembahkan semakin variatif. Karenanya,tidak heran bila Indonesia disebut-sebut sebagai barometer mode busana muslim. Pasalnya, bukan hanya menyajikan koleksi yang sesuai dengan kaidah islami, juga mengadaptasi garis rancangan modern yang selaras tren masa kini. Hal itu terlihat jelas dari ragam warna yang disajikan para perancang. Sesuai dengan garis tren musim semi yang mengandalkan warna-warna ceria, desainer busana muslim Indonesia pun mempersembahkan koleksi dalam palet terang. Panggung kota-kota besar seperti Bandung dan Jakarta menjadi saksi betapa perancang busana muslim Indonesia tidak lagi terpaku pada kaidah agama semata, juga mulai luwes dalam mengadaptasi kebutuhan konsumen.

Apalagi kini mereka menyajikan rancangannya dalam kemasan yang lebih simpel, praktis, dan tentu saja bergaya kontemporer. Ramli misalnya. Desainer senior yang kini juga menggarap busana muslim ini memberikan alternatif yang berbeda. Di tangannya, busana muslim tidak lagi berupa tunik, gamis, maupun abaya. Dia merevolusi busana tradisional Indonesia menjadi bentukan busana muslim yang wearable sekaligus masih memiliki sentuhan etnis yang kental.

Ramli mengatakan,koleksi busana muslimnya memang masih mengusung tema East Meets West. “Pada dasarnya, saya memadukan ciri khas busana Indonesia dengan atribut Barat,” sebut Ramli. Menurut dia, tren mode tahun ini memiliki orientasi pada ragam desain yang full color. Hal itu juga yang membuat desainer ramah ini juga tidak ketinggalan menyajikan rancangan feminin yang kaya bunga dan penuh warna segar seperti merah, kuning,dan hijau terang.

Selain Ramli,desainer busana kontemporer yang juga memberikan warna baru dalam dunia busana muslim Indonesia adalah Chossy Latu. Untuk koleksi busana muslimnya, Chossy memang memilih koleksi full color. Menurut dia, rancangannya itu dihadirkan bagi muslimah modern berjiwa muda.

“Muslimah saat ini memiliki gaya berbusana yang berbeda. Mereka memiliki banyak kegiatan yang menuntut mereka untuk tampil praktis, dinamis, tapi tetap chic,”sebut Chossy. Karenanya, tidak heran bila koleksi Chossy hadir begitu penuh warna. Kuning berpadu hitam, fuschia disandingkan dengan oranye, hijau berjumpa indigo memang bukan merupakan pemandangan yang biasa ditemukan. Namun, Chossy berhasil menyajikannya dalam kemasan yang simpel, muda,sekaligus dinamis.

Uniknya, koleksi tersebut tidak hanya ditujukan bagi muslimah berjilbab. Mereka yang tidak menggunakan jilbab pun bisa menggunakannya. Garis rancangannya yang elegan tapi jauh dari kesan rumit juga semakin memudahkan rancangannya untuk di kenalkan dalam acara-acara formal.

Dari Bandung, Fenny Musafa memberikan napas baru. Pemilik rumah mode muslim itu rupanya memahami bahwa warna terang memiliki kekuatan untuk menonjolkan bentuk busana. Semburat warna-warna tropis yang kuat, menjadikan koleksi Fenny terlihat atraktif.

Sementara untuk pemilihan warna, Fenny menyuguhkan pilihan yang semarak. Tak hanya warna-warna terang yang mendominasi, juga warna lembut dan elegan, layaknya cokelat, krem, dan hijau toska.”Warna ini saya pilih karena termasuk dalam tren warna 2008,”ungkapnya. Hal ini tentu merupakan perubahan yang cukup jauh, mengingat koleksi Shafira yang banyak menggunakan one tone color .(okezone)